Kawan, hidup sudah kujalani, pesaing ku dalam rahim sang ibu yang juga menginginkan hidup ini pasti tahu yang kurasa kini. Kini mereka berkata, "untung bukan aku yang jadi pemenang dari ribuan peserta maraton itu". Tak ada lagi kawan, tinggal asa yang tersisa kini.
Mereka dibalik kelambu malamnya, diam terpaku dengan mulut terbuka lebar hanya mampu mengedipkan mata, sembari tersenyum dicampur cibirin menyaksikan AKU kawan. Yah, aku yang tak biasa dari yang biasanya, tak percaya dari kepercayaanya. Itu Aku kawan....AKU...AKu...Aku..
Tak sadar kah KAU semua... yang dibalik tembok emas mu, dibawah roda empatmu, disinggahan Sombong mu, hidup mu tak ayal sama dengan ku. Hanya waktu dan tempat...wooooi....hanya waktu dan tempat yang membedakan kita.... INGAT ITU....
Bau Amis diselengkangan mu... menyeruap bercampur ke Sombongan mu, kini tak ada tabir pemisah.... dalam kotak hitam busuk bisu basi dan binasa ini KAU sama dengan ku. Apa maumu kini, AYO...katakan dengan kesombongan waktu mu, yang melihat hidup dalam kematian ku....APA...ha...APA??? tinggal kubunuh dan kau mati dalam sombong mu, tertawa ku lebar hingga semua urat leher ku membesar mengiringi Sombong Kematian mu....ha ha ha ha aaaaaaaaa
Sadar kah kau saudara ku, hidup ku hanya asa dibalik jendela itu....hanya asa dibalik jendela itu.... 22 tahun 8 hari, hidupku hanya dibalik jendela ini...hanya ini hidup ku kawan... hidup yang ku anggap kematian.... hari ku hanya 4 jam sedangkan malam ku, kawan... malam ku 20 jam.... AKU HARUS MATI DALAM HIDUP KU.... pergi jauh harap ku....
Semua tak sadar jika harinya telah dimakan malamnya.... aku sakit, kawan.... sakit segalanya, mata ku tak berair lagi.... teriak ku tak lantang lagi.... AKU kembali kembali sakit untuk kesekian kalinya.....
Makassar, 10 Mei 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar