Dulu, dikampus hijau, dibawah pohon sukun kita berbagi bersama, cerita melambung keluar dari alam khayal yang membuat kita besar, kita bersama kita berdiri, satu rumpung akar yang mengakar, tak ada kisah sedih hanya bahagia dengan ketawa khas manusia yang sering "bermimpi" tentang bulan.
Berbaris berbaring diatas lempengan bambu yang berjajar rapuh, kita jelajahi alam yang hanya hari esok yang mampu menjawabnya, tertawa besar dengan cerita "si Anu" yang walau tak pernah lucu bahkan terkadang sedih kita jamah seakan birahi pun telah memuncak.
Kadang juga kita berbagi kisah, walau tak penting tapi tetap seru, dengan guyonan yang tak pernah habis walau "Si Dai" kadang marah, Lanjutkan, dibawah pohon tempat jejeran motor didepan gedung berlantai empat yang katanya milik kita semua, dulu kejayaan kita besar karena kita satu, kita sama, tak ada pilah yang memisah.
Sering juga kita bersama duduk dideretan tangga, menunggu, berharap kadang ingin tapi lebih sering tak ingin "si Dia" tak ada, hanya menghabiskan waktu yang memang lebih seru dibanding berada dibalik bilik yang luasnya lima kali enam itu menyaksikan cuap-cuap yang kadang "Si Anu" walau tak paham tetap mengangguk.
Ramalan takdir tak pernah salah, ada pertemuan ada perpisahan, ada yang tetap pasti ada yang berubah. Itu dulu kawan, waktu kita bersama dengan satu tujuan datang bukan hanya sekedar "melahap" ilmu, tapi menyatukan "Si anu" dan "si Dia". Hari ini, mungkin kita belum paham apa itu "Kau" dan apa itu "Dia", tapi ketika kita, kita semua kawan mampu keluar dari labirin hidup yang katanya penyesalanpun tak mampu merubah, baru arti itu muncul.
"Kegilaan" itu melambung lagi dalam ingatan, tak mampu ku bendung, walau kata "si dia", "si anu" telah bermetamorfosis, tapi aku "haus" kawan, akan kegilaan yang kita nikmati bersama. Semoga akar yang menyatu dulunya tetap satu dalam akar yang nantinya bertunas hingga menjadi pohon besar yang menaungi kita, dia, dan mereka suatu saat nanti.
Kobarkan kebersamaan dalam "Satu Akar"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar